a. Nama
Kelas : LA25-LEC
Nama
Dosen : Murty Magda Pane
KodeDosen : D3371
b.
Hari :
Rabu
Tanggal : 9 November 2015
Waktu : Pukul 9
pagi sampai dengan selesai
Lokasi : SMPN 276 Jakarta
Jalan Seroja Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
c. PIC
di lokasi : Drs. Sumantri M.M
selaku Kepala Sekolah
Foto tim bersama guru dan staff
Halaman Sekolah
KunjunganpertamauntukpendataandanvalidasirealisasiKartu
Jakarta Pintar (KJP) di SMPN 276 Jakartadilaksanakanolehseluruhtim yang
dianggotakanoleh:
·
Janice Agatha
·
Sheryl Traviata
·
Marceline
·
CintyaDibyantiWulandari
·
Kevin William
·
Fadhlir Rahman
·
Kenny Putera
Persiapan
Kali ini, kami akan menceritakan bagaimana proses
yang kita siapkan dalam melaksanakan tugas kjp yang kedua di
sekolah smp karena sebelumnya di SDN. Pada tanggal 9 November 2015 hari Senin,
kelompok kami siap melaksanakan tugas kjp kesekolah smp di daerah Jagakarsa.
Sebelumnya kita sudah planning
untuk pada hari tersebut namun tanpa memberitahu sekolah tersebut.
Dengan mengandalkan aplikasi waze di gadget kami, akhirnya sekitar pukul 9 kami
tiba di SMP 276 Jakarta. Karena kelompok
kami semuanya memakai jaket almamater lalu salahsatu guru yang sedang berada di lahan
parker meyambut kami “kalian dari Binusmaya”,
karena ia bilang beberapa hari sebelumnya sudah ada anak Binus yang datang
namun mereka berbeda tugas dengan kami.
Pertama memasuki sekolahannya kami disuruh oleh salah satu guru
disana untuk berkumpul dan menunggu sebentar di ruang kepala sekolah, tak lama
kemudian pak kepala sekolah pun datang beserta guru menyuruh kami
untuk mengisi buku tamu disana terlebih dahulu. Setelah itu, kami
pindah tempat untuk berkumpul dan berwawancara dengan ibu tatausaha disana. Guru
olahraga disana memberitahu kami
bahwa sepertinya lebih efektif jika ia memberitahu lewat speaker kepada siswa-siswi
yang telah mendapat kjp harap mengumpul di ruang laboratorium pada jam istrahat.
Sambil menungu jam istirahat mereka tiba, kami menanyakan angket pertanyaan yang
telah diberikan TFI.
Saat bel istirahat berbunyi, para
siswa-siswi mulai memasuki ruangan tempat kita akan membagikan angket pertanyaan itu. Tim
kami beranggotakan7orang ,lalu beberapa dari kami
membagikan lembar pertanyaan dan mengawasi agar mereka mengisi semua pertanyaan yang
ada dan yang sisanya serta guru disana mengambil foto sebagai bukti dari kegiatan kami.
Kami sangat senang atas keramahan guru disana dan mereka sangat welcome
dengan kedatangan kami.
Di lain hal,
kita sebagai mahasiswa harus dapat menjalankan profesi kita dengan professional
serta mempertanggung-jawabkannya. Karena kita sudah ditugaskan teach for Indonesia
untuk melaksanakan program ini, menurut kita kelompok kami
sudah melakukannya dengan sebaik mungkin sehingga hasil dari kunjungan kami
dapat dipertanggungjawabkan lewat hasil atau informasi yang telah kami
dapatkan saat kunjungan tersebut.
Etika pun sangat berperan penting saat kami pertama kali
mengunjungi sekolah tersebut, kita harus dengan sopan berbicara dan meminta izin untuk melaksanakn
survey di tempat tersebut. Coba misalkan kita beretika tidak baik di hadapan
guru-guru disana ,mungkin saja mereka menolak kedatangan kami yang
berakibat kedatangan kita hanya sia-sia. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa apa yang
kita pelajari selama ini dari character building
sangatlah berguna dalam bersosialisasi dan melaksanakan kegiatan di lingkungan kita.
PenerapanTeori Character Building
Melalui mata
kuliah character building, banyak pengetahuan positif yang bisa dipetik dan
direnungkan bagaimana sehari-hari kita berlaku kepada orang lain dan bagaimana
seharusnya kita sebagai manusia sosial harus berlaku agar tetap menempel pada
etika – etika yang sudah terbentuk , baik dalam lingkungan kecil maupun sampai
lingkungan yang lebih luas. Beberapa teori yang diajarkan melalui mata kuliah
character building bisa menuntun kita kembali untuk memikirkan etika dalam
bertindak. Beberapa teori yang telah
diajarkan di kelas diantaranya adalah teori dalam beretika, isi dari teori
beretika ada utilitarianism yang mengenai suatu perbuatan itu baik jika bisa
menyenangkan orang banyak dimana teori ini mengajarkan kita senantiasa untuk
berbuat baik sehingga ada dampak positif yaitu menaruh senyuman kepada orang di
sekeliling kita . Sedikiti berbeda dari utilitarianism, duty based ethics
berbicara mengenai kewajiban yang kita jalankan atau secara sadar kita anggap
itu sebuah kewajiban lalu kita lakukan berarti kita sudah duty based ethics
dengan benar. Ada kewajiban maka ada juga hak, dimana menunjukan bahwa kita
semua punya hak yang sama walaupun tingka strata berbeda-beda. Tiga bahasan
diatas merupakan yang lebih mudah untuk diingat dan dilakukan dan bisa kita
lakukan sehari-harinya. Topik bahasan yang dibahas oleh mata kuliah character
building semester ini akan lebih mengarah kepada etika dan berhubungan dengan
lingkup kerja . Maka dari itu teori yang bisa direlasikan dengan tugas yang
mengharuskan kami untuk berkunjung ke sekolah – sekolah negeri ialah yang
diatas yang sudah dibahas singkat diatas. Walaupun mayoritas yang ada di sekolah
negeri itu kurang mampu tapi sebetulnya mereka mempunyai hak yang sama
contohnya mereka mempunyai hak untuk hidup, menempuh pendidikan , dan mendapat
pekerjaan nantinya. Salah satu hal yang kami lakukan dalam kunjungan ke sekolah
– sekolah negeri merupakan untuk validasi mengenai Kartu Jakarta Pintar dalam
hal ini fungsi dari KJP yaitu dibagikan untuk pelajar kurang mampu supaya
mereka tetpa bisa lanjut sekolah walaupun mereka terkendala biaya maka dari itu
pemerintah membantu mereka untuk mendapatkan hak mereka yaitu bersekolah .
Selain untuk biaya sekolahnya gratis , mereka juga dapat menggunakan kartu itu
untuk membeli peralatan sekolah untuk menunjang pendidikan mereka dan mereka
akui KJP sangatlah membantu mereka dan sangat bersyukur.
Proses Validasi
Proses validasi KJP diawali
dengan pembuatan surat permohonan KJP dari pihak orang tua ke pihak sekolah.
Setelah itu, sekolah akan melakukan survey untuk melihat keadaan rumah dan
kepemilikan aset dari murid yang mengajukan KJP. Pihak sekolah memberi tugas
kepada guru untuk turun ke lapangan. Guru akan melihat dan mendata tingkat
ekonomi dari murid tersebut dengan mengisi form yang sudah disediakan dari
pemerintah. Setelah itu, guru akan memberikan hasil survey nya kepada bagian
administrasi sekolah untuk selanjutnya diberikan kepada pihak pemerintah.
Hal Positif
Dengan turunnya guru ke
lapangan, hal ini menjadikan KJP lebih efektif dan efisien. Guru yang turun ke
lapangan dapat menanyakan tetangga sekitar rumah murid dan mengetahui dengan
baik apakah anak tersebut benar – benar tidak mampu atau sebenarnya mereka
mampu namun ingin mendapat keuntungan dari sistem KJP ini. KJP juga semakin
efisien karena walaupun murid tersebut menyembunyikan aset miliknya, dengan
kesaksian dari para tetangga sekitarnya dapat memberikan hasil penilaian yang
lebih objektif.
Hal yang Kurang Baik
Namun, metode ini menjadikan
guru memiliki tugas lebih diluar tugas pokoknya yaitu mengajar. Selain itu,
tugas ini juga harus dilakukan oleh guru dengan sukarela (tidak ada bantuan dana
untuk survey tersebut dari pemerintah). Menurut kami, walaupun guru seharusnya
dengan senang hati membantu murid – muridnya, setidaknya pemerintah menyediakan
dana untuk “uang lelah” bagi guru yang rela berkorban waktu dan tenaga untuk
melakukan survey tersebut. Karena, untuk melakukan survey, guru harus
menggunakan transportasi berupa motor ataupun angkutan umum untuk mencapai
daerah yang harus di survey. Selain itu, guru juga memiliki tugas utama yaitu
mengajar dan memeriksa tugas serta hasil ujian para murid. Kegiatan survey
dapat mengganggu tugas utama guru tersebut, jadi sebaiknya ada reward yang
diberikan kepada guru yang rela membantu sistem KJP.
Kesimpulan
Kartu Jakarta Pintaratau yang biasa disebut KJP ialah program
pemerintah provinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk membantu siswa siswi yang
tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan, mengingat wajib belajar ialah 12 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan terhadap siswa siswi yang mendapat KJP
serta dengan kepala sekolah SMPN 276 Jakarta Selatan, program KJP
tersebut sangat membantu dan mendapatkan dukungan dari orang-orang
tersebut terutama siswa siswi yang mendapat KJP.
Berdasarkan hasil wawancara kami terhadap 30 siswa siswi SMPN
276 Jakarta Selatan, kebanyakan dari mereka tidak memiliki aset seperti mobil, motor
tidak lebih dari satu, bahkan uang jajan dibawah Rp10.000,-
dan sebagian besar dari mereka tinggal mengontrak, tidak memiliki rumahsendiri.
Sehingga dapat kami simpulkan, program KJP tersebut tepat sasaran.
Namun berdasarkan wawancara kami dengan kepala sekolah SMPN 216
Jakarta Selatan,
terdapat kesulitan bagi pihak sekolah terutama untuk kepala sekolah serta guru-guru di
sekolah tersebut. Awalnya dalam program KJP ini, untuk seleksi siswa siswi yang
tidak mampu dilakukan oleh ketua RT/RW
dengan memberikan surat keterangan tidak mampu kepada pihak terkait, dimana sistem tersebut akan lebih
valid daripada sistem yang baru. Dalam sistem baru, yang
menentukan kelayakan siswa siswi untuk mendapat KJP
adalah walikelas dari siswa siswi tersebut, sehingga terdapat beban tersendiri untuk
guru-guru tersebut. Salah satu kesulitan yang dialami guru-guru
tersebut ialah tipisnya jarak antara orang menengah dan mampu,
sehingga sulit untuk menentukan. Selain itu guru-guru
tersebut tidak mendapatkan dana kompensasi dari pemerintah untuk melakukan survey
tersebut.
No comments:
Post a Comment